Manuver Licin Sudirman Said di Jateng
Perang urat syaraf menjadi pemandangan yang umum setiap menjelang pemilihan kepala daerah di tanah air. Banyak pihak menebar desas-desus sebagai strategi-taktik mengalahkan para lawannya.
Sepertinya tahun ini juga begitu. Menjelang bergulirnya Pilkada serentak pada Juni nanti, banyak sekali isu yang dihembuskan untuk memenangkan seorang calon kepala daerah.
Salah satu cara yang sering digunakan adalah dengan membangun opini bahwa banyak pihak merasa terancam bila ada seorang calon yang akan maju sebagai calon kepala daerah. Karena calon tersebut dianggap banyak memegang "Kartu As".
Seperti itulah isu yang sedang berkembang di Jawa Tengah saat ini. Majunya Sudirman Said pada kontestasi gubernur diisukan banyak mengganggu banyak pihak. Beragam pesan di media sosial pun disebar untuk membangun opini tersebut. Diberitakan oleh situs bandarkiu qq online
Pemerintah tetap jadi sasaran
Sasarannya tentu saja adalah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dikatakan bahwa Sudirman Said dikesankan sebagai pihak yang memegang "Kartu As" di pemerintahan saat ini.
Sudirman Said pada Pilkada Jawa Tengah diusung oleh Gerindra. Mantan Menteri ESDM di era Presiden Jokowi ini bermanuver dengan menyeberang pada pihak oposisi.
Saat diusung oleh Gerindra, banyak pesan yang mengangkat isu di atas. Bahwa dia merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi sehingga harus ditendang dari jajaran kabinetnya.
Cara bermain "playing victim" ala politisi ini bisa diduga motifnya yaitu agar dirinya dianggap orang yang benar yang disalahkan atau disingkirkan.
Padahal, pada kenyataannya pemberhentian Sudirman Said itu karena beberapa pertimbangan, salah satunya karena kinerjanya tidak optimal sebagai Menteri ESDM.
Selain itu, mungkin ini yang menjadi pertimbangan utama Presiden Jokowi, karena Sudirman Said memiliki rekam jejak yang menunjukkan keperpihakannya lebih besar kepada pihak asing dibanding kepada rakyat dan bangsa Indonesia.
Baca Juga : Cara tarik dana PKV Games
Dalam kasus Freeport, misalnya, Sudirman Said menuruti kemauan perusahaan tersebut untuk terus mengekspor konsentrat, meski belum membangun smelter sebagaimana diperintahkan oleh Undang-Undang. Kemudian, dalam kasus Blok Masela, Sudirman Said bersikeras mengikuti kemauan untuk membangun kilang pengolahan gas di laut padahal sangat merugikan Indonesia.
Hal tersebut harus menjadi perhatian publik saat dia mencalonkan kepala daerah di Jawa Tengah. Pertimbangan ini bukan karena aspek subyektif, namun berdasarkan latar belakang dan rekam jejak kinerja dari calon tersebut.
Jangan sampai kita tertipu dari bulu yang terlihat halus. Mengingat ajang Pilkada adalah momen memilih pemimpin yang terbaik.
Berita Sebelumnya : Nike sematkan fitur 'Dual Shock' diproduk baru
Post a Comment