Agen Domino - Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi mengatakan derasnya arus tenaga kerja asing khususnya dari Tiongkok ke Indonesia disebabkan karena pencabutan Peraturan Menteri Nomor 16 tahun 2015 tentang tata cara penggunaan tenaga kerja asing.
Permen 16 sebelumnya mensyaratkan bahwa 1 tenaga kerja asing harus didampingi 10 tenaga kerja lokal. Nah, syarat tersebut telah dihilangkan dalam Permen 15 yang baru.
"Artinya, hilanglah sepuluh tenaga kerja lokal jika tenaga asingnya semakin banyak. Jadi boleh masukin orang asing sebanyak apapun engga ada pembanding tenaga kerja lokal. Artinya hilang kan, ini tidak fair," kata Dede Yusuf saat diskusi bertajuk 'Di Balik Serbuan Warga Asing' di Cikini, Jakarta, Sabtu (24/12/2016).
Dede juga menyoroti mengenai kemampuan berbahasa Indonesia yang tidak lagi menjadi syarat bagi tenaga kerja asing. Akibatnya, kata Dede, banyak daerah pembangunan infrastruktur yang tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan-tulisan di proyek-proyek tersebut kini telah menggunakan tulisan atau aksara Tiongkok. Menurut Dede ini sangat berbahaya karena pekerja lokal tidak mengeri arti dan maksud tujuan tulisan tersebut.
Padahal, basa saja tulisan tersebut mengandung arti tegangan tinggi dan lain semacamnya.
"Bayangkan kabel-kabel tegangan tinggi dan segala macem, nah pekerja lokal kita kan tidak bisa baca. Itu kan berbahaya. Artinya tetap harus kita waspadai hal-hal semacam ini," ungkap politikus Partai Demokat itu.
Berita Sebelumnya : BLT, Agus Yudhoyono Siapkan Dana Rp.1 Triliun untuk BLT.
Dapatkan berbagai informasi terbaik seputar berita terbaik, hingga tips - tips kesehatan terbaik hanya di lentera1news.blogspot.com
Permen 16 sebelumnya mensyaratkan bahwa 1 tenaga kerja asing harus didampingi 10 tenaga kerja lokal. Nah, syarat tersebut telah dihilangkan dalam Permen 15 yang baru.
"Artinya, hilanglah sepuluh tenaga kerja lokal jika tenaga asingnya semakin banyak. Jadi boleh masukin orang asing sebanyak apapun engga ada pembanding tenaga kerja lokal. Artinya hilang kan, ini tidak fair," kata Dede Yusuf saat diskusi bertajuk 'Di Balik Serbuan Warga Asing' di Cikini, Jakarta, Sabtu (24/12/2016).
Dede juga menyoroti mengenai kemampuan berbahasa Indonesia yang tidak lagi menjadi syarat bagi tenaga kerja asing. Akibatnya, kata Dede, banyak daerah pembangunan infrastruktur yang tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia.
Tulisan-tulisan di proyek-proyek tersebut kini telah menggunakan tulisan atau aksara Tiongkok. Menurut Dede ini sangat berbahaya karena pekerja lokal tidak mengeri arti dan maksud tujuan tulisan tersebut.
Padahal, basa saja tulisan tersebut mengandung arti tegangan tinggi dan lain semacamnya.
"Bayangkan kabel-kabel tegangan tinggi dan segala macem, nah pekerja lokal kita kan tidak bisa baca. Itu kan berbahaya. Artinya tetap harus kita waspadai hal-hal semacam ini," ungkap politikus Partai Demokat itu.
Ilustrasi pekerja asing asal Asia Timur yang membanjiri Tanah Air. |
Berita Sebelumnya : BLT, Agus Yudhoyono Siapkan Dana Rp.1 Triliun untuk BLT.
Dapatkan berbagai informasi terbaik seputar berita terbaik, hingga tips - tips kesehatan terbaik hanya di lentera1news.blogspot.com