situs poker uang asli 24 jam terpercaya

Kimpoi beda Ras makin populer di Korea Selatan.

Agen Domino, Agen Domino Indonesia, Agen Poker, Agen Poker Live, Agen Poker Indonesia, Agen Referral, Judi Bola

Kimpoi beda Ras makin populer di Korea Selatan.

Perkimpoian orang Korea dengan orang non-Korea - bahkan kepada sesama orang Asia sendiri selalu dianggap memberikan rasa malu kepada seluruh keluarga, dan anak-anak biracial (campuran) dikucilkan serta sering tak diutamakan.

Namun menurut New York Times, 14% pasangan suami istri di Korea sekarang ini adalah antara orang Korea dan orang asing - naik 4% di tahun 2000. 

Sejumlah wanita Eropa Timur menonjol dalam membentuk demografis Korea Selatan di masa depan.

Salah satunya adalah Maria Mashanova yang berusia 27 tahun, yang memiliki darah setengah Rusia, setengah-Belarusia. Ia dibesarkan di Uzbekistan dan telah tinggal di Korea selama lima tahun dengan suami Korea-nya. 

Ia mengaku, pasangan-pasangan seperti dirinya seringkali bertemu melalui internet," tapi Maria bertemu dengan suaminya, Joon-ho Lee, seorang sopir, saat ia datang ke Korea untuk mencari pekerjaan pada tahun 2003. 

Ia kemudian kembali ke Uzbekistan, di mana ia mendaftarkan hubungan mereka di catatan sipil; Sementara itu, Lee mendaftarkannya di Korea, setelah itu Lee secara resmi mengundangnya ke Korea dengan visa keluarga.

"Saya tidak pernah mempertimbangkan untuk menikahi seorang non-Korea sebelum bertemu dengan Maria," kata Lee seperti dilansir oleh Situs Poker 

Kimpoi beda Ras makin populer di Korea Selatan.


Keluarga Mashanova juga sangat terkejut saat ia memberi tahu mereka tentang rencananya. 

Lee diketahui sering mengirimkan uang ke keluarga Mashanova kapan pun dia bisa, dan juga hadiah kejutan dari pakaian atau komputer laptop.

Pasangan tersebut tinggal di sebuah kota pedesaan kecil di provinsi selatan yang dikenal dengan nama Chung Chong Nam Do, di mana perkimpoian antar ras jauh lebih sering terlihat daripada di Seoul. 

"Akulah satu-satunya wajah kulit putih di lingkungan saya," katanya. "Saya suka tinggal di Korea," katanya, "Tapi orang-orang di sini tidak benar-benar membiarkan saya merasa Korea. Mereka menatap dan selalu memelototi saya. Aku seperti monyet kecil di mata mereka. "

Ia juga khawatir jika nanti kedua anaknya, usia 2 dan 4, mulai bersekolah. "Mereka berambut pirang. Saya pernah mendengar orang berambut pirang sering mengalami masalah.

Ia mengaku bahasa Koreanya tidak terlalu baik. Pemerintah Korea Selatan telah menawarkan kelas bahasa Korea gratis untuk wanita dalam posisinya, namun dia mengatakan, "Saya tidak punya waktu karena saya akan segera hamil."

Pengantin asing seperti Mashanova telah menjadi semacam pemberitaan media sehingga sebuah serial televisi dikhususkan untuk menceritakan kisah mereka.

Berjudul "Love in Asia", serial televisi mingguan selama 1 jam ini dimulai dengan menggambarkan kehidupan menyedihkan pasangan (terutama wanita) sebelum bertemu satu sama lain.

Program populer ini baru-baru ini merayakan episodenya yang ke-100.

Mashanova selsma ini mengenal lima belas wanita bekas negara Uni Soviet lainnya yang menikah dengan pria Korea, kebanyakan di Seoul. 

Galina Deberdeeva, seorang petani Tartar berusia 27 tahun yang tumbuh di Uzbekistan, datang ke Korea untuk bekerja sebagai model paruh waktu dan bertemu suaminya di sebuah gym. Baginya, menyesuaikan diri yang paling sulit di Korea adalah makanannya.

"Saya rindu roti," katanya. "Aku benci sashimi. Dan aku tidak bisa makan kimchi tanpa membilasnya dulu."

Sosiolog Korea Kim Hyun-mee telah mengabdikan sebagian besar karirnya untuk membantu keadaan pengantin wanita internasional, yang melalui biro jodoh atau yang bertemu dengan suami mereka sendiri.

Sosiolog tersebut mengamati, "Di Korea, darah adalah hal yang paling penting dalam identitas nasional. Fenomena perkimpoian baru ini menstimulasi masyarakat dan bertanya apa sbnrnya Korea. Untuk pertama kalinya, berdarah Korea sekarang menjadi konsep yang tidak pasti.

Reputasi Korea Selatan sebagai negeri xenofobia (anti orang asing) pernah menyebabkannya dijuluki "kerajaan pertapa," Namun, karena kekurangan pengantin wanita, pria Korea Selatan kini banyak yang mengimpor pengantin dari barat.
Korea secara historis telah begitu terkenal karena selalu bermusuhan dengan pihak asing sehingga seorang penulis Inggris abad kesembilan belas menyebut Korea sebagai "Kerajaan Pertapa." - Agen Referral

Kimpoi beda Ras makin populer di Korea Selatan. 

[disqus][facebook][blogger]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget